Tuesday, August 28, 2012

"Istri atau Satpam ?" | Mengatasi Pasangan Yang Terlalu Posesif


"Istri atau Satpam ?" | Mengatasi Pasangan Yang Terlalu Posesif - Istri Terlalu Banyak Tanya, Curiga, Posesif = SATPAM - Sebagian besar cowok tentu pernah merasakan ketika pasangannnya (istri / Pacar) terlalu curiga kepada kita lalu mencerca kita dengan banyak pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu perlu karena jawabannya berulang-ulang sudah kita utarakan kepada istri kita, atau juga istri melarang suami melakukan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak perlu dilarang. Hal tersebut bisa dibilang istri terlalu POSESIF.

Posesif
Posesif = Terantai


Sikap pasangan yang posesif kebanyakan membuat cowok merasa risih dan tidak nyaman.

Arti Kata Posesif

Arti posesif dalam kamus bahasa Inggris adalah; Possessive: Having or showing a desire to control or dominate. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia secara umum berarti Posesif adalah suatu sikap yang dipunyai atau ditunjukkan untuk mengontrol atau mendominasi sesuatu atau seseorang. Atau bisa juga diartikan sebagai sebuah sikap membatasi ruang gerak pasangan dan juga merasa bahwa pasangan adalah "miliknya" sendiri, mencintai pasangan terlalu berlebihan sehingga sehingga memiliki perasaan takut kehilangan. Contoh perbuatan konkretnya : melarang pasangan untuk memiliki teman cowok, mewajibkan pasangan untuk melapor kegiatan sehari-hari, sering curiga dengan handphone / tingkah laku suami dan banyak lagi. Dan pada tingkatan yang paling parah, seseorang yang posesif bisa sampai melukai pasangannya dengan alasan yang tidak masuk akal.

Sikap posesif pasangan terkadang bisa diartikan sebagai tanda perhatian si dia. Namun, sikap jika posesif si dia mulai membuat hidup Anda terasa terkekang, kondisi ini biasanya berujung pada keretakan hubungan.

Perlu diketahui, hubungan yang sehat selalu ditandai sikap-sikap saling menghormati kebebasan pribadi pasangan, tetapi tetap dalam kerangka komitmen yang sehat.

Bagaimana dengan kekasih atau pasangan Anda? Apakah dia selalu memaksakan kehendaknya atau sebaliknya, selalu menunjukkan sikap dewasa dalam menjalani hubungan ini? Anda perlu tahu ciri pasangan yang punya sikap posesif, seperti dikutip dari Times of India:

Tanda Tanda Pasangan POSESIF


1. Bersikeras Mengetahui Keberadaan Anda

Tanda paling jelas dari kekasih posesif adalah selalu ingin mengontrol hidup Anda. Jika dia tidak dapat menghubungi Anda melalui telepon, dia akan menginterogasi Anda untuk mendapatkan jawaban rinci dan detail.

2. Menghubungi Berkali-Kali

Dia akan menghubungi Anda berkali-kali dalam sehari hanya untuk memastikan bahwa Anda baik-baik saja. Tentu saja ini bisa mengganggu, apalagi bila dia sampai mengirim SMS atau menelepon Anda meski sudah larut malam.

Lama kelamaan, tentu Anda tidak merasakan hal ini sebagai perasaan cinta. Sikap overprotektif bisa membuat seseorang merasa tidak nyaman.

3. Menganggap Anda Adalah Teman Si Dia Satu-Satunya

Baginya, Anda adalah segalanya. Dia juga menuntut Anda berlaku demikian. Semua hal yang dia lakukan harus dilalui berdua. Lama kelamaan, hal ini tentu bisa membuat Anda sulit bergerak.

Jika Anda merencanakan jalan-jalan dengan teman-teman atau sekadar memanjakan diri, si dia akan menafsirkan bahwa Anda mengabaikannya. Dia akan marah dan mungkin akan membuat Anda merasa serba salah.

4. Si Dia Ingin Anda Benar-Benar Kenali Kehidupannya

Banyak wanita berpikir, kecemburuan dari kekasih mereka akan membuat wanita merasa dihargai dan penting. Perbedaan antara cemburu dan posesif adalah ketika kekasih tidak puas dengan hanya mengetahui bahwa orang itu memperhatikan Anda. Dia akan menggali lebih lanjut dan bertanya seputar pendapat Anda tentang dirinya.

5. Selalu Mengatur Dalam Segala Hal

Seorang wanita membutuhkan ruang untuk bisa melakukan banyak hal, dan yang terpenting adalah saat berbusana. Tapi, pria posesif akan selalu ingin mengatur soal urusan pakaian pasangannya. Jika selalu mengkritik Anda, misalnya soal cara berpakaian, si dia termasuk dalam kategori posesif.

6. Membatasi Ruang Gerak Anda

Kebanyakan pria posesif tidak suka pasangan mereka menghabiskan waktu bersama keluarganya. Jika si dia mulai tak suka dengan kedekatan Anda dengan keluarga, Anda harus berhati-hati, pasangan masuk dalam kategori posesif.

Jika kekasih memiliki lebih dari sikap posesif, ada baiknya Anda melakukan komunikasi intensif dengannya, dan buat komitmen hubungan yang bisa membuat Anda merasa nyaman. Jangan sampai karena sikap posesifnya membatasi ruang gerak Anda.

Nah berikut ini terbaru5 ada artikel menarik mengenai hubungan ketika sang istri terlalu posesif kepada si Suami sehingga bisa dibilang dengan tingkah berlebihan seperti itu Istri bisa dibilang sama dengan satpam yang terlalu mengekang , menjaga setiap saat.

Istri Atau Satpam ?

Berkomunikasi dengan pasangan mutlak dibutuhkan dalam rumah tangga. Namun, bagaimana kalau istri “hobi” menyelidik kayak detektif?

“Pa, lagi di mana, nih? Sama siapa? Pulang jam berapa?”
Barangkali, pertanyaan istri semacam ini pernah dialami oleh banyak suami. Ada suami yang sudah terbiasa, namun ada pula yang “gerah” oleh rentetan pertanyaan istri yang bak “satpam” ini. Sejauh mana, sih, pertanyaan-pertanyaan istri seperti ini masih dianggap wajar?

Menurut Aurora Y.J. L. Toruan, MSi, Psi ., psikolog Konsultan Psikologi Keara , Jakarta, komunikasi sewajarnya ada dalam sebuah rumah tangga. Namun, kalau komunikasi malah terlalu intensif, bisa-bisa suami merasakannya sebagai gangguan. Belum lagi jika pertanyaan itu disampaikan pada saat yang tidak tepat. Misalnya, saat suami tengah sibuk dengan urusan pekerjaan di kantor.

Sejauh mana seorang istri boleh menghubungi suaminya, lewat telepon misalnya, tentu tergantung kesibukan masing-masing. Sekali sehari rasanya cukup. Yang perlu diketahui, pada seorang istri, dan perempuan umumnya, memang terdapat dorongan nurture , yaitu dorongan untuk merawat dan memerhatikan anak. “Nah, kadang-kadang ini terbawa dalam hubungan suami-istri. Maksudnya, sih, memberi perhatian, tetapi kadang-kadang berlebihan,” lanjutnya.


Terlalu Mengontrol Pasangan  

Pertanyaan bernada “menyelidik” seperti ini tentu bisa mengganggu hubungan suami istri. Apalagi jika masing-masing pihak tidak begitu mengenal gaya komunikasi pasangannya.

Bisa saja, istri memang termasuk tipe orang yang hobi mengontrol. “Setiap orang berupaya memiliki keseimbangan antara kebutuhan untuk bergantung kepada orang lain dan kebutuhan untuk memiliki kendali pribadi, yaitu kebebasan mengejar keinginannya sendiri,” jelas Aurora

Seseorang yang memiliki kebutuhan kontrol yang tinggi sangat membutuhkan situasi yang bisa diprediksikan, merasa aman, pasti, berkuasa, dan dapat mengendalikan situasi. “Sementara, hubungan atau keintiman memuat kemungkinan akan ketidakpastian, sulit diprediksi, dan kemungkinan akan kehilangan orang yang dicintai. Dalam keintiman, dituntut rela menyerahkan sebagian dari kendali atau kontrol kepada pasangan,” jelas Aurora.

Oleh karena itu, orang yang memiliki kebutuhan akan kendali tinggi cenderung sulit untuk menjalin hubungan yang intim dengan orang lain. Ia juga sulit untuk menunjukkan sedikit ketergantungan atau kerentanan emosional yang mereka miliki kepada orang lain. Padahal ketergantungan ini sebenarnya penting dalam hubungan cinta.

Aspek lain dari kontrol adalah kendali hubungan. Yaitu sebuah kondisi di mana salah satu pasangan berusaha memanipulasi atau mengendalikan perilaku pasangannya. Ketika hal tersebut terjadi, maka pasangan yang merasa “terancam” akan menarik diri dari hubungan. Akibatnya, ia gagal berkomunikasi secara efektif. “Nah, untuk mengembalikan kepercayaan diri, pasangan harus berani menghadapi risiko secara bersama-sama untuk membahas isu yang menghalangi kedekatan ini,” jelas Aurora.

Istri Terlalu Takut Kehilangan Suami


Penyebab lain bisa jadi karena cemburu. Cemburu terjadi ketika seseorang merasa cemas, tidak memiliki kepercayaan terhadap pasangan, dan curiga karena terlalu cinta atau takut kehilangan. “Perasaan kesepian, pengkhianatan, dan ketidakpastian sangat memengaruhi munculnya kecemburuan. Cemburu adalah pengingat bahwa hubungan yang sedang dijalani merupakan sesuatu yang penting,” kata Aurora.

Cemburu masih wajar atau normal jika salah satu pihak melihat masalah yang memang nyata mengancam hubungan dan biasanya menimbulkan ketidaknyamanan. Cemburu yang normal dapat berdampak positif atau negatif. “Positifnya jika pasangan menganggap kecemburuan sebagai wujud perhatian atau kasih sayang, dan merasa makin tertarik kepada pasangan karena pasangannya juga menarik bagi orang lain,” jelas Aurora.

Negatif apabila cemburu terjadi karena pasangan sering tergoda atau digoda oleh lawan jenis, misalnya. Dampaknya tak jauh beda dengan cemburu patologis. “Cemburu patologis adalah bayangan akan ancaman, kecurigaan yang paranoid, dan kekesalan emosional yang tinggi atau perilaku detektif yang disusun untuk mengecek pasangan yang dicurigai,” lanjutnya. Cemburu yang seperti ini dapat memancing perdebatan yang sengit dan bahkan kekerasan atau ancaman perpecahan hubungan seperti putus atau cerai.

Rasa cemburu datang secara tidak disadari, “Yaitu ketika merasa ada perilaku pasangan yang dipersepsikan sebagai ancaman terhadap kelanggengan hubungan. Begitu muncul, cemburu mendorong kita untuk berupaya memperoleh kejelasan akan apa yang sebenarnya terjadi dan memprediksi dampak dari perilaku pasangan terhadap hubungan yang dijalani,” tambahnya.

Kenali Sebelum Menikah


Lantas apa yang harus dilakukan agar pertanyaan-pertanyaan istri ini tidak membuat hubungan suami-istri terganggu? Sebelum menikah, saran Aurora, pasangan suami istri sebaiknya sudah mengetahui gaya komunikasi masing-masing. Bahkan, seharusnya sudah dibina sejak mulai menjalin hubungan yang lebih serius sebelum menikah.
Contoh, jika sejak sebelum menikah, pembawaan istri memang sulit untuk percaya pada orang lain. Tak cuma pada pasangan, tapi juga kepada orang lain di sekitarnya. “Artinya, bisa jadi istri memang tipenya ‘tukang selidik’ dan suami sudah tahu itu,” kata Aurora.

Soal komunikasi seharusnya juga dibuat kesepakatan. Kapan suami bisa dihubungi dan kapan ia boleh menghubungi, misalnya. Kalau bolak-balik dihubungi, tapi ternyata topiknya tidak darurat, sebaiknya harus dilihat lagi. Lain halnya bila urusannya penting, seperti anak sakit, yang memang perlu komunikasi yang lebih intensif.

Jika ada ganjalan, sebaiknya segera disampaikan. “Sambil ngobrol santai saja. Ini, kan, masalah privasi, masalah menjaga keseimbangan hidup. Suami-istri, kan, juga punya lingkungan, tak hanya di keluarga atau di rumah, tapi juga di kantor atau komunitas lain. Sampaikan saja, misalnya kalau tidak bisa angkat telepon, nanti akan telepon balik atau SMS,” jelas Aurora. Kalau ini dibicarakan dalam situasi yang nyaman, maka keduanya pasti akan bisa berpikir lebih jernih dan diambil kesepakatan.

Contoh lainnya, jika ada pihak lain, lawan jenis utamanya, yang muncul dalam “kehidupan” suami. “Harus disepakati, komunikasi seperti apa yang harus dilakukan. Kalau cuma pergi keluar makan siang dengan teman sekantor, ya tidak masalah,” kata Aurora. Atau disepakati, bila memungkinkan jangan pergi berdua.

Intinya, suami istri harus saling percaya. Istri sebaiknya menanamkan kepercayaan bahwa suami mampu menjaga komitmennya, begitupun sebaliknya. Kalau istri justru membebani suami dengan kecurigaan, suami bisa jadi tidak nyaman dan malah bisa memicu konflik.

Tentu saja, lanjut Aurora, istri tetap bisa mengecek atau bertanya, tapi tidak perlu berlebihan. Yang lebih perlu adalah menguatkan hubungan suami istri, menguatkan komunikasi dan kedekatan. “Ingat, hubungan suami istri akan membawa pengaruh terhadap kualitas hubungan itu sendiri. Jadi, kalau masing-masing pasangan merasa tidak ada masalah dan komunikasi berjalan baik, sebetulnya tidak perlu lagi curiga, kok.”

Tips Cara Menghilangkan Sifat Posesif

Apakah kamu seorang pacar yang posesif? Wah,kasihan sekali pacar kamu. Pasti dia merasa sangat tidak nyaman dengan sifat posesif kamu itu. Terus bagaimana caranya menghilangkan sifat posesif? Oke, saya akan membantu bagaimana cara menghilangkan sifat posesif agar pacar kamu merasa nyaman berada di dekat kamu.

1. Menyadari Sifat Posesif Itu

Akui saja bahwa kamu memang memiliki sifat posesif. Dengan begitu kamu akan mempunyai motivasi untuk menghilangkannya. Coba pikir,bagaimana kamu mau menghilangkan sifat posesif kalau kamu sendiri tidak menyadari bahwa kamu memiliki sifat posesif.?

2. Jalin Komunikasi Yang Baik

Entah untukyang keberapa kalinya saya bilang bahwa komunikasi adalah kunci sukses dalam sebuah hubungan. Dan ternyata komunikasi juga merupakan salah satu cara ampuh untuk menghilangkan sifat posesif. Komunikasi juga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman antara kamu dan pasangan.

3. Percaya Terhadap Pasangan

Belajarlah untuk memberikan kepercayaan terhadap pacar kamu. Apa artinya sebuah hubungan tanpa didasari rasa kepercayaan. Apa pun yang dilakukan selalu dicemburui, dicurigai. Terkadang sifat posesif timbul karena kita tidak bisa mempercayai pasangan.

4. Memiliki Tekad Untuk Berubah

Langkah selajutnya setelah kamu menyadari sikap posesif itu adalah memiliki keinginan,motivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Oke, dengan membaca artikel ini, saya harap kamu sudah mempunyai keinginan untuk berubah dan menghilangkan sifat posesif itu.

5. Memberikan Kebebasan

Kamu harus menyadari satu hal, bahwa setiap orang adalah mahluk yang merdeka. Mereka semua memiliki kebebasan untuk memilih, menetukan dan mengatur sendiri hidupnya. Sekali pun itu adalah pacar kamu. Kamu tidak punya hak sama sekali untuk mengekang dan mengatur sesuai dengan keinginanmu. Berikan dia kebebasan secara individu. Tentunya kamu tidak ingin kalau hak-hak kamu sebagai manusia dibatasi bukan? Begitu juga pacar kamu.

6. Minta Pacar Kamu Untuk Mengingatkan

Terlalu berat kalau kamu harus berjuang sendiri untuk menghilangkan sifat posesif kamu itu. Karena itu mintalah bantuan pacar kamu untuk mengingatkan kalau kamu berbuat sesuatu yang mengarah ke sikap atau sifat posesif. Kerjasama antara kamu dan pacar dibutuhkan dalam hal ini.


sumber


No comments:

Post a Comment