Friday, March 30, 2012

Film Real Steel (Pertarungan antar robot dalam arena tinju)

Film tentang robot lagi? Ya, mari kita melupakan "trauma" pada robot gara-gara 'Transformers: Dark of the Moon'-nya Michael Bay. 

Kiamat tidak terjadi pada 2012 seperti yang telah diramalkan. Sebab, pada 2020 manusia tergila-gila dengan pertandingan tinju antarrobot. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh Charlie Kenton (Hugh Jackman) yang mencari uang dari pertandingan robot ilegal.

Masalahnya, Charlie bukanlah pemain tinju robot yang baik. Sampai akhirnya muncul bocah umur 11 tahun bernama Max (Dakota Goyo) yang merupakan anak Charlie. Max adalah versi Charlie umur 11 tahun: keras kepala, meledak-ledak dan lumayan kreatif.

Tak hanya lumayan. Ia cukup kreatif untuk mengambil robot tua rongsokan di sebuah tempat pembuangan sampah dan mengubahnya menjadi robot tinju berkualitas bernama Atom. Proses memperbaiki robot itu dibantu oleh anak mantan mentor Charlie dulu ketika menjadi petinju, Bailey (Evangeline Lilly).


Perlahan-lahan Atom mulai bertanding. Charlie, yang selama ini hampir selalu kalah dan tentu saja skeptis karena bentuk Atom yang tidak meyakinkan, pada awalnya tidak peduli dengan niat Max. Sampai akhirnya Atom dan Max menunjukkan kehebatannya dan mereka pun siap bertanding melawan juara Real Steel!

'Real Steel' adalah jenis film yang biasa kita sebut "been there, done that". Kita sudah melihatnya dalam semua ramuan film Hollywood klise tentang bagaimana-menjadi-orang-tua-yang-baik. Yang menarik dan cukup melegakan adalah John Gatins menulisnya menjadi sebuah film yang emosional dan cukup menegangkan.

Sementara Shawn Levy sepertinya berusaha untuk naik level setelah menyutradarai film-film yang relatif “gampang” seperti dua film 'Night at the Museum' dan 'Date Night'. 'Real Steel' terlihat emosional dan mengharu-biru terutama berkat tangan dingin Mauro Fiore sebagai director of photography yang membuat film terlihat super mewah, menawan dan cantik.

Sementara keputusan Shawn Levy membawa setting cerita ini ke daerah pedesaan Amerika untuk membuat film ini menjadi “hangat” merupakan keputusan cerdik yang semakin memperkuat hubungan antara Max dan Charlie.

Hugh Jackman tampil oke. Charlie adalah karakter yang menyebalkan, kurang ajar dan sepertinya dia tidak mempunyai talenta apa-apa kecuali fisiknya yang ganteng (walaupun, tentu saja, dengan berjalannya film karakternya akan menjadi membaik). Hugh Jackman berhasil menampilkan karakter tadi menjadi loveable.

Di sisi lain, Dakota Goyo mencuri perhatian kita semua dengan karakter Max yang menyenangkan. Anak kecil ini tampak seperti malaikat yang hiperaktif, penuh semangat dan pantang menyerah. Dan ya, di beberapa adegan (Anda akan tahu yang mana), tampak seperti versi lebih "mudah diterima" dari Justin Bieber.

'Real Steel' memang tidak luar biasa. Seperti yang tadi sudah disebut, ini jenis film yang sudah kita lihat resepnya di film-film serupa sebelumnya. Tapi, sudah lama sekali kita tidak menonton sebuah film tradisional yang memiliki karakter kuat, penceritaan yang bagus dan plot yang menarik, bukan sekedar adu 3D. 'Real Steel' menawarkan nostalgia itu.

No comments:

Post a Comment