Sunday, October 14, 2012

Tahukah Kamu, Tulang Orang Indonesia Lebih Lambat Memadat




Tahukah Kamu, Tulang Orang Indonesia Lebih Lambat Memadat - Dibandingkan dengan bangsa lain, massa tulang orang Indonesia lebih lambat memadat, selain lebih cepat keropos. Kurang asupan kalsium, tak banyak bergerak, dan kurang paparan sinar matahari menjadi penyebabnya.

Wakil Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia Siti Annisa Nuhonni, Jumat (12/10), di Jakarta, mengatakan, puncak kepadatan massa tulang orang Indonesia tercapai pada umur 20-29 tahun untuk pria dan 30-39 tahun bagi perempuan. ”Usia puncak massa tulang orang Indonesia lebih lambat 6-8 persen dibandingkan bangsa lain,” katanya. Hal itu dikatakan dalam temu pers menjelang peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2012 yang jatuh pada 20 Oktober.

Tubuh butuh 1.000-1.500 miligram (mg) kalsium per hari, tetapi konsumsi kalsium orang Indonesia rata-rata hanya 300 mg per hari, demikian Nuhonni.

Kalsium adalah materi yang mudah berikatan dengan protein atau natrium sehingga gampang terbuang dari tubuh. Dari seluruh kalsium yang dikonsumsi, hanya separuh diserap tubuh.

Aktif bergerak dan paparan sinar matahari akan membantu penyerapan kalsium. Karena itu, olahraga dan beraktivitas di luar ruang perlu rutin dilakukan.

Menurut Nuhonni, tulang perempuan lebih cepat keropos daripada pria. Saat menopause, usia 40-50 tahun, massa tulang perempuan akan turun drastis. Pengeroposan tulang pria terjadi pada usia 70-an tahun.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menyebutkan, prevalensi osteoporosis perempuan Indonesia tahun 2006 mencapai 23 persen untuk umur 50-80 tahun. Prevalensi naik menjadi 53 persen pada usia 70-80 tahun.

Penderita osteoporosis berisiko patah tulang. Menurut Tjandra, patah/retak tulang punggung akibat osteoporosis lebih kerap terjadi dibandingkan dengan retak tulang pinggul. Retak tulang pinggul lebih lebih mudah didiagnosis, tetapi lebih berbahaya.

”Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 50 persen pasien retak tulang pinggul cacat seumur hidup. Kematian akibat retak tulang pinggul mencapai 30 persen pada tahun pertama,” ujarnya. Kematian tidak dipicu keretakan tulang, tetapi akibat komplikasi selama masa tirah baring, seperti pneumonia atau trombosis vena dalam. (MZW)
Sumber :
Kompas Cetak

No comments:

Post a Comment