Ratusan lumba-lumba mati terdampar diduga akibat keracunan di sepanjang pantai utara wilayah Peru. Belum diketahui secara persis penyebab kematian dari ratusan ekor lumba-lumba ini, namun diduga kuat akibat mengkonsumsi ikan-ikan teri yang telah tercemar.
Berbeda dengan kematian lumba-lumba di Faroe Island, Denmark yang diduga karena dibantai, kematian lumba-lumba di Peru ini dengan penyebab yang berbeda. Sejauh ini tercatat setidaknya 264 lumba-lumba bottlenose terdampar di pantai Chiclayo di Kota Lambayeque. Otoritas setempat saat ini masih terus menyelidiki apa yang telah menewaskan hewan laut yang sering disebut sebagai sahabat manusia itu.
Bangkai lumba-lumba tersebut ditemukan sekitar 103 kilometer sepanjang pantai berpasir tersebut. Demikian disampaikan Edward Barriga, pejabat di institut kelautan Peru atau Oceanic Institute (IMARPE). "Kami telah mengambil sampel-sampel untuk memastikan penyebab kematian," kata Barriga seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/2/2012).
Dikatakannya, ikan-ikan teri dalam jumlah besar juga telah ditemukan mati di wilayah Lambayeque.
Menurut Carlos Yaipen dari ORCA, organisasi nonpemerintah yang fokus membantu hewan-hewan laut di Pasifik selatan, kematian ratusan lumba-lumba itu kemungkinan akibat dampak eksplorasi minyak lepas pantai dan pengeboran di wilayah tersebut yang kemudian mencemari plankton-plankton yang menjadi makanan ikan-ikan teri dan ikan-ikan teri inilah yang kemudian dikonsumsi oleh lumba-lumba yang malang itu.
Eksploitasi minyak lepas pantai memang kerapkali menimbulkan efek yang merusak dan merugikan bagi lingkungan biota laut. Bak pisau bermata dua, faktor keuntungan dan efek kerugian dari pengeboran minyak lepas pantai memang menjadi 2 hal yang sulit untuk dipisahkan.
No comments:
Post a Comment