Instabilitas antar umat beragama di Perancis nampaknya akan kembali terulang disebabkan oleh sebuah majalah satir yang akan mencetak ulang edisinya yang menampilkan Nabi Muhammad sebagai redaksi tamu. Hal ini tentu saja menuai protes keras dari berbagai kalangan muslim di negeri tersebut.
Seperti yang diungkap oleh Charlie Hebdo, bahwa majalah satir yang atau juga dapat dimaknai "karangan sindiran" Prancis akan memuat ulang edisinya.
Hal ini pun banyak menuai protes keras dari para aktifis muslim Perancis mulai dari kecaman di dunia maya sampai penyerangan bom molotov (bom botol) dikantor redaksi mereka sehari setelah penerbitan majalah tersebut pada hari Selasa 1 November.
Setelah serangan bom itu, para staf mingguan satir tersebut pindah untuk sementara ke kantor harian Liberation. Kini mereka merencanakan untuk mencetak tambahan sebanyak 175.000 eksemplar setelah 75.000 cetakan pertama terjual habis dengan cepat.
Menurut pemimpin redaksinya, Stephane Charbonnier, larisnya edisi tersebut memperlihatkan peningkatan apresiasi terhadap karya-karya satir. "Menurut kami garisnya sudah bergerak dan mungkin karena lebih banyak penghormatan atas karya satir kami, karya kami untuk memperolok-olok."
"Kebebasan untuk tertawa besar sama pentingnya dengan kebebasan mengungkapkan pendapat," tambah Stephane Charbonnier seperti dikutip kantor berita Reuters.
Kebebasan pers
"Kebebasan untuk tertawa besar sama pentingnya dengan kebebasan mengungkapkan pendapat." - Stephane Charbonnier -Majalah mingguan ini terkenal dengan serangan-serangan tajamnya terhadap kemapanan di Prancis, termasuk lembaga-lembaga agama.
Mereka menerbitkan edisi khusus dengan pemimpin redaksi tamu Nabi Muhammad setelah partai Islam, Ennahda, menang dalam pemilihan umum di Tunisia. Pilihan pemimpin redaksi tamu itu menimbulkan kontroversi dan kantornya diserang dengan dua bom botol.
Beberapa pemuka Islam di Prancis menentang satir dengan menggunakan Nabi Muhammad namun mengecam penyerangan atas kantor Charlie Hebdo.Namun ada yang juga berpendapat bahwa hal yang dilakukan majalah tersebut sebagai bagian dari kebebasan pers.
"Saya amat terikat dengan kebebasan pers, bahkan jika pers tidak selalu lembut kepada Muslim, Islam atau masjid Paris," kata Dalil Boubakeur, Ketua Masjid Paris dalam konferensi pers, Kamis 3 November.
"Muslim Prancis tidak ada hubungan dengan politik Islam," tambahnya.Sementara sejumlah forum Islam menyambut baik serangan bom tersebut.
Kasus ini dan juga pemuatan kartun Nabi Muhammad oleh sebuah koran di Denmark, Jyllands-Posten, pada tahun 2005 memicu kekerasan di seluruh dunia.
referensi: bbc.co.id
No comments:
Post a Comment