Tuesday, July 12, 2011

True story: "Si cacat yang dermawan!"

Artikel ini adalah teguran sekaligus pengingat bagi diri saya sendiri dan mungkin bagi anda. Seberapa sering bagi kita (terutama saya sendiri) mengatakan ini dalam hati, "Saya pasti akan memberikan santunan dan sumbangan apabila saya adalah orang mampu dan berkecukupan". 

Namun melihat kejadian ini sontak menghancurkan paradigma saya dalam mengartikan makna "memberi dan berbagi". Bagaimana tidak, inilah bukti bahwa kekurangan secara fisik bukan berarti tidak bisa mempunyai "jiwa yang kaya"!.

Jika anak ini bisa membantu,
mengapa “kita yang lebih baik” tidak?

Ia berjalan merangkak di depan meja yang bertuliskan "donasi",

Orang-orang berpikir: "ia akan lewat…" dan sebagian lagi berpikir bahwa anak ini akan diberikan sumbangan.

Tapi selanjutnya merupakan kejadian yang tak terduga!
“Saya ingin menyumbang!”, ucapnya.

Ia pun menuang koin dari mangkuknya.
Para petugas mengulurkan tangan ingin membantu,
tapi dia ingin melakukannya dengan tangannya sendiri.



Mereka semua tak bisa berkata-kata karena ia memberikan semua yang diperolehnya
kepada Lembaga Amal dengan usahanya dan dengan tangannya sendiri.



“Saya masih punya uang lagi.”
Ia berkata dengan antusias sambil merogoh saku celananya.



Ia mengambil beberapa lembar uang 10 dollar
dan kemudian menyumbang...lagi!.


Melihat kenyataan ini seketika saya langsung "merasa miskin dan malu".

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari hal ini karena 
Orang Bijak Mengatakan,
” Sesungguhnya jika kita berbuat kebaikan,
Kita BUKAN hanya sedang membantu orang atau mahkluk lain, Namun sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri agar menjadi lebih bahagia. Temukanlah kebahagiaan dengan memberi “.


sumber 

No comments:

Post a Comment