Kisah tentang sepak terjang Fir`aun yang sombong dan kejam bukanlah sebuah cerita fiksi. Ia dikisahkan dalam al-Qur`an. Namanya diabadikan dalam sejarah sebagai raja besar. Tapi, ia pongah karena tidak mau menerima pesan yang dibawa Musa, ia justru mengaku sebagai tuhan.
Kekuasaan telah membutakan matanya. Ia lebih mencintai tahta dan tak mau tahtanya itu jatuh. Lalu, ia bertindak kejam, menyiksa dan menghancurkan Bani Isra`il. Prajurit yang berada di bawah kekuasaannya, diperintahkan membunuh bayi-bayi tidak berdosa dan menyeret kaum lelaki untuk dijadikan budak guna membangun kota-kota baru.
”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus [10]: 92)
Mati Tenggelam
Allah mendengar jerit kesakitan Bani Isra`il dan mewahyukan pada Musa memimpin Bani Isra`il keluar dari Mesir. “Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil) karena sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli.” (QS. As-Syu`ara [26]: 52).
Nabi Musa tak ragu akan janji Allah. Maka ia berani menanggung beban berat itu --membawa kaumnya pergi dari Mesir. Setelah Fir`aun tahu Bani Isra`il meninggalkan Mesir, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk mengejar.
Ia juga berencana hendak membunuh Musa dan Harun, lalu membawa kembali Bani Isra`il untuk dijadikan budak. Fir`aun mengendarai sendiri kereta kudanya yang perkasa dan memimpin langsung prajurit yang berjumlah besar.
Ia juga berencana hendak membunuh Musa dan Harun, lalu membawa kembali Bani Isra`il untuk dijadikan budak. Fir`aun mengendarai sendiri kereta kudanya yang perkasa dan memimpin langsung prajurit yang berjumlah besar.
Rombongan Bani Isra`il terus berjalan meninggalkan Mesir. Tapi Fir`aun segera mengejar Bani Isra`il. Rombongan Bani Israil dilanda rasa takut, apalagi ketika kereta kuda yang dipimpin Fir`aun itu semakin dekat. Rombongan Bani Isra`il tak bisa berbuat apa-apa. Rombongan Bani Isra`il dalam ancaman besar; dihimpit rasa takut dan merasa tidak bisa lolos.
Tetapi Nabi Musa yakin keberadaan Allah sebagai Sang Penolong. Di saat genting itu, pertolongan Allah akhirnya datang. Allah menyampaikan wahyu, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu!” (QS As-Syu`ara [26]: 63).
Nabi Musa as mengikuti perintah Allah, berjalan ke laut. Lalu, di atas sebuah batu, dia memukulkan tongkatnya. Di luar dugaan, sesuatu yang mengejutkan terjadi; laut terbelah menjadi dua --setiap bagiannya seperti sebuah gunung tinggi dan ada sebuah lembah yang panjang di antaranya.
Dalam al-Qur`an, Allah berfirman,
Nabi Musa as mengikuti perintah Allah, berjalan ke laut. Lalu, di atas sebuah batu, dia memukulkan tongkatnya. Di luar dugaan, sesuatu yang mengejutkan terjadi; laut terbelah menjadi dua --setiap bagiannya seperti sebuah gunung tinggi dan ada sebuah lembah yang panjang di antaranya.
Dalam al-Qur`an, Allah berfirman,
“Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. As-Syu`ara [26]: 63)
Nabi Musa dan Bani Isra`il lalu melewati lembah yang membelah lautan jadi dua bagian itu. Saat Fir`aun dan bala tentaranya tiba di tepi laut, mereka beringas mengejar Bani Isra`il yang berjalan di tengah-tengah jalan yang menakjubkan itu. Saat pengikut Musa tiba di pantai sisi Timur (Teluk al-Siways), pengikut Musa melihat tentara Fir`aun di tengah jalan –dari belahan laut.
Kaum Bani Israil dicekam takut, menduga tak bisa selamat. Lagi-lagi pertolongan Allah datang. Kejadian tak terduga kembali terjadi. Kedua sisi air laut kembali menyatu.
Kaum Bani Israil dicekam takut, menduga tak bisa selamat. Lagi-lagi pertolongan Allah datang. Kejadian tak terduga kembali terjadi. Kedua sisi air laut kembali menyatu.
Gulungan ombak menggulung Fir`aun dan bala tentaranya. Fir`aun tak berdaya. “Aku percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercaya Bani Isra`il dan aku adalah termasuk orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Yunus [10]: 90). Saat itu, Fir`aun dekat pada kematian dan ia mendengar suara, “Apakah sekarang (baru kamu percaya) padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Yunus [10]: 91).
Dibayangi kematian, ia tahu akan menghadapi akhir hidup yang mengerikan dan ia mendengar suara,
“Maka hari ini Kami selamatkan tubuhmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus [10]: 92)
Diawetkan
Kelaliman Fir`aun yang dulu dibanggakan itu seperti tak berarti ketika kematian menjemputnya. Ia tenggelam di laut Merah. Ia, dengan kekuasaan yang besar dan menjadi musuh Musa, memang sudah berakhir. Tapi Allah Maha Berkendak. Dengan kekuasaan-Nya, Dia menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya. Setelah kejadian itu, mayat Fir’aun itu pun ditemukan.
Gulungan ombak membawa mayat itu ke pantai. Orang-orang Mesir menemukan mayat Fir`aun, lalu menjadikan mayat Fir`aun itu dijadikan mummi (dibalsem) sehingga utuh seperti sekarang dan dapat dilihat di museum Mesir.
Semula, orang-orang Mesir membawa mummi Fir`aun itu ke lembah raja-raja di selatan Mesir. Mereka mengubur dalam sebuah kuburan batu sehingga rahasia itu pun selama bertahun-tahun tersembunyi. Tapi Allah berjanji menyelamatkan tubuh Fir`aun agar jadi sebuah pelajaran berharga bagi umat setelahnya.
Janji itu pun terbukti. Sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah QS. Yunus [10]: 92 di atas bahwa Allah telah menyelamatkan badan Fir`aun agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya. Pada tahun 1898, setelah bertahun-tahun dikuburkan, mummi Firaun ditemukan tahun 1898 M oleh Loret di Thebes di Lembah Raja-raja (Wadi al Muluk).
Seorang peneliti bermana Dr Maurice Bucaille, bersama anggota timnya berhasil mengungkapkan penyebab kematian Fir`aun dan pengawetannya. Dari hasil penelitian yang dia temukan, ia pada akhirnya menyimpulkan betapa al-Qur’an sangat detail dalam menjelaskan sesuatu, bahkan termasuk cerita dan proses pengawetan Fir’aun itu. Lebih menakjubkan lagi, ternyata hal itu tidak disebutkan dalam kitab-kitab yang lain.
Dari hasil penelitiannya pula, dia menemukan bekas garam yang menempel pada mayat mummi Fir`aun itu sehingga dia berani mengambil kesimpulan; menjadikan garam itu sebuah bukti nyata bahwa Firaun memang mati tenggelam dan mayatnya dapat di selamatkan, lantas diawetkan pada saat kejadian.
Tapi mummi Fir`aun meninggalkan sebuah pertanyaan: bagaimana mayat Fir’aun itu bisa diselamatkan dan anggota tubuhnya tetap utuh, sedangkan kondisi mayat dari bala tentara Fir`aun setelah diawetkan tak seperti dirinya?
Setelah melalui penelitian, ia kemudian mencari penjelasan dalam al-Qur’an dan menemukan jawaban memuaskan (sebab telah disebutkan Allah dalam QS. Yunus [10]: 92)
Setelah melalui penelitian, ia kemudian mencari penjelasan dalam al-Qur’an dan menemukan jawaban memuaskan (sebab telah disebutkan Allah dalam QS. Yunus [10]: 92)
Penelitian itu, tentu saja, menyibak misteri di balik mummi Fir`aun. Bahkan dalam penelitian medis yang dilakukan dengan mengambil sampel organ tertentu dari jasad mummi yang ditemukan, pada tahun 1975, melalui bantuan Prof Michel Durigon dari pemeriksaan yang detail dengan menggunakan mikroskop, ditemukan bagian terkecil dalam organnya masih dalam kondisi terpelihara dengan sempurna.
Ini menunjukkan bahwa keterpeliharaan secara sempurna itu tidaklah mungkin terjadi andai kata jasad tersebut sempat tinggal beberapa lama dalam air atau berada lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Ini menunjukkan bahwa keterpeliharaan secara sempurna itu tidaklah mungkin terjadi andai kata jasad tersebut sempat tinggal beberapa lama dalam air atau berada lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Seputar hasil penelitian tersebut, Dr Bucaille mengungkapkan, ”Dari situ, diketahui bahwa semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang menyiratkan bahwa Fir`aun tewas ketika digulung gelombang.”
Fir`aun memang telah mati dan jasadnya telah terbujur kaku jadi mummi. Tetapi, di balik jasad Fir`aun yang kaku itu, ada pelajaran dan pesan penting yang diselipkan Allah, bahwa Allah telah menunjukkan akan kebesaran dan kekuasaan yang hanya bisa dipahami orang-orang yang mau berpikir. Wallahu’alam bilshawab. [Berbagai sumber]
Siapakah nama Fir`aun?
Siapa Fir`aun yang dikenal kejam dan berani mengaku dirinya sebagai tuhan itu? Fir’aun itu sebenarnya bukan nama orang, tapi sebuah gelar bagi raja-raja Mesir zaman dulu. Menurut sejarah, Fir`aun di masa Nabi Musa adalah Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II. Tapi, ada juga yang menyebutnya Minfitah.
Sebagian kisah terkait Raja Fir`aun yang menentang Nabi Musa, disebut-sebut Ramses II, bukan Minephtah. Tapi setelah diselidiki, ternyata Ramses II justru adalah seorang raja yang baik. Ia bahkan memerintah rakyatnya untuk selalu berbuat adil. Ia memerintah selama 68 tahun pada 1304-1237 SM.
Sedang, anaknya, Minephtah, dikenal sebagai raja yang sangat kejam, lalim dan congkak. Dia itu yang menentang Nabi Musa dan bahkan berani mengaku sebagai tuhan. (majalah-hidayah/berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment