Jakarta, Bukan hanya wanita saja yang mengalami ketakutan ketika berada di ranjang, pria juga bisa menjadi korban. Kebanyakan orang percaya bahwa pria seharusnya lebih aktif secara seksual dibandingkan dengan wanita. Tapi yang tak banyak orang tahu, pria juga memiliki beberapa ketakutan dalam bercinta. Ketakutan ini pada akhirnya dapat menyebabkan pria kurang optimal di atas ranjang.
Ketakutan ini terkait dengan performa seksual, posisi bercinta, ejakulasi, orgasme dan aksi liar di tempat tidur yang seringkali membunuh gairah pria. Ketakutan ini mengendap dalam pikirannya. Pria tidak hanya gagal memuaskan pasangannya, namun juga tidak dapat menikmati hubungannya.
"Pria selalu menghubungkan seks dan seksualitas dengan egonya dan tidak ingin merasa gagal. Kecemasan ini menyebabkan pria gagal melakukan hubungan seks yang baik di tempat tidur. Jika pasangannya tidak dapat bersabar, hubungan keduanya tidak akan harmonis," kata Dr Deepak Arora, seksolog yang berpraktik di Chandigarh, India.
"Kebanyakan ketakutan pria berkaitan dengan hal-hal seputar memuaskan pasangannya. Ketika pasangan wanita puas secara emosional, pria dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan seksualnya. Semakin kuat ikatan emosionalnya, keintiman fisik yang terjadi akan terasa lebih menyenangkan. Manjakan pasangan wanita dalam keintiman fisik hanya bila ia sudah siap. Hal itu akan membantu menciptakan zona nyaman di mana ia dapat berpartisipasi melakukan hal yang sama," kata Dr Gitanjali Sharma konselor yang ahli dibidang hubungan percintaan.
Seperti dilansir Times of India, Selasa (17/1/2012), kekhawatiran yang membuat pria gugup setiap kali akan bercinta antara lain:
Tidak Mampu Memuaskan Pasangan
Ketakutan paling umum adalah tidak mampu memuaskan pasangan, dan hal ini berkaitan secara langsung dengan ukuran organ pria. Ketika wanita berpikir bahwa lebih besar lebih baik, pria akan terus khawatir tidak dapat memberikan kepuasan yang diinginkan.
Ketakutan ini memicu pria menganggap dirinya sebagai pasangan seks yang tidak sempurna dan akan langsung menjatuhkan egonya.
"Takut tidak dapat memuaskan wanita menimbulkan banyak pertanyaan dalam pikiran pria. Akankah pasangannya mencari kepuasan di tempat lain. Memikirkan pasangan wanitanya bersama orang lain akan membuat ketakutan menjadi lebih kompleks. Ini seperti lingkaran setan, karena semakin dalam berpikir tentang hal ini, ia akan didorong oleh kecemasannya, sehingga membuat pasangannya tidak puas berkali-kali. Performa di tempat tidur tergantung pada keadaan pikiran wanita pada waktu itu. Pria harus merasa nyaman dengan tubuh wanita agar dapat merasakan ikatan yang kuat. Lakukan dengan lambat dan mantap, pahamilah wanita dengan membangkitkan bagian-bagian sensitifnya, jangan mengkhawatirkan ukuran organ," kata Dr. Gitanjali Sharma.
Ejakulasi Dini
Ketika pria melakukan segala upaya untuk menyenangkan pasangan wanitanya, ia akan selalu dicemaskan oleh klimaksnya sendiri. Ketakutan ini didorong oleh periode ejakulasi. Ketakutan ini sangat umum dijumpai ketika pria mengalami ejakulasi dini karena berusaha menyenangkan pasangannya.
"Secara medis, jika seorang pria mampu menahan ejakulasi setidaknya selama satu menit, ia tidak dianggap penderita ejakulasi dini. Tapi sayangnya, sangat sedikit orang yang tahu fakta ini dan banyak yang disesatkan oleh iklan dan film porno. Hal ini menciptakan rasa tidak aman terhadap pasangan dan menumpuk menjadi beban seksual, yang akan berubah menjadi kecemasan performa. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan praktis, tapi rasa takut lah yang menyebabkannya," kata Dr Arora.
Tidak Bisa Hamil
Setiap kali hubungan seks memang tidak harus bertujuan untuk mendapat keturunan, tapi hal itu masih saja dapat memicu ketakutan pria bahwa ia mandul. Terus menerus khawatir mengapa pasangan tidak segera hamil menempatkan pria dalam sebuah persepsi negatif yang serius, yang dapat mempengaruhi performa seksualnya.
"Memiliki keturunan berkaitan dengan kesehatan pria dan wanita dan juga takdir. Ada banyak kasus di mana secara medis keduanya normal, tapi sang istri tidak dapat hamil. Cobalah menerapkan gaya hidup sehat, makanan yang baik dan sikap positif tentang diri sendiri. Masalah dengan sperma dapat diobati, sehingga tidak ada gunanya mengkhawatirkan tentang hal itu. Kebutuhan pertama adalah kehidupan seks yang baik, tidak harus memiliki anak," kata Dr. Arora.
Kurang Porno
Lumrah jika pria menonton film porno untuk mempelajari tindakan seksual tertentu dan kemudian mempraktikannya dengan pasangan. Dalam upayanya untuk mencoba sesuatu yang baru dan liar, pria berulang kali mempraktikkan apa yang dipelajari dari film porno dalam kehidupan seksnya. Dan jika pasangannya tidak menanggapi secara positif, sang pria mulai merasa bahwa dirinya kurang jantan.
"Pria sering membandingkan performa seksualnya dengan adegan porno atau dengan pasangannya. Kecemasan karena kurang berpengalaman akan membuat pria panik. Pria harus memahami bahwa bercinta tidak ada hubungannya dengan pengalaman apapun. Hubungan seks hanya memerlukan ikatan mental dengan pasangan yang dapat terwujud bahkan tanpa mengambil inspirasi dari film porno," kata Dr Gitanjali.
Masturbasi yang Pernah Dilakukan
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa masturbasi yang dilakukan selama masa remaja tidak berdampak pada kehidupan seks di kemudian hari. Namun, masih ada banyak kekhawatiran yang melekat pada hal ini.
Pria seringkali menyalahkan kebiasaannya melakukan masturbasi atas performanya yang lemah. Mereka umumnya beralasan hal itu disebabkan mereka gagal berfokus pada tindakan seksual ketika itu.
"Masturbasi tidak banyak membahayakan, tapi rasa bersalah yang ditimbulkan dari masturbasi lebih berbahaya dan ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan seks. Semua pria sehat melakukan masturbasi berkali-kali dalam hidupnya pada berbagai tahapan usia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Dr Arora.
Ketakutan ini terkait dengan performa seksual, posisi bercinta, ejakulasi, orgasme dan aksi liar di tempat tidur yang seringkali membunuh gairah pria. Ketakutan ini mengendap dalam pikirannya. Pria tidak hanya gagal memuaskan pasangannya, namun juga tidak dapat menikmati hubungannya.
"Pria selalu menghubungkan seks dan seksualitas dengan egonya dan tidak ingin merasa gagal. Kecemasan ini menyebabkan pria gagal melakukan hubungan seks yang baik di tempat tidur. Jika pasangannya tidak dapat bersabar, hubungan keduanya tidak akan harmonis," kata Dr Deepak Arora, seksolog yang berpraktik di Chandigarh, India.
"Kebanyakan ketakutan pria berkaitan dengan hal-hal seputar memuaskan pasangannya. Ketika pasangan wanita puas secara emosional, pria dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan seksualnya. Semakin kuat ikatan emosionalnya, keintiman fisik yang terjadi akan terasa lebih menyenangkan. Manjakan pasangan wanita dalam keintiman fisik hanya bila ia sudah siap. Hal itu akan membantu menciptakan zona nyaman di mana ia dapat berpartisipasi melakukan hal yang sama," kata Dr Gitanjali Sharma konselor yang ahli dibidang hubungan percintaan.
Seperti dilansir Times of India, Selasa (17/1/2012), kekhawatiran yang membuat pria gugup setiap kali akan bercinta antara lain:
Tidak Mampu Memuaskan Pasangan
Ketakutan paling umum adalah tidak mampu memuaskan pasangan, dan hal ini berkaitan secara langsung dengan ukuran organ pria. Ketika wanita berpikir bahwa lebih besar lebih baik, pria akan terus khawatir tidak dapat memberikan kepuasan yang diinginkan.
Ketakutan ini memicu pria menganggap dirinya sebagai pasangan seks yang tidak sempurna dan akan langsung menjatuhkan egonya.
"Takut tidak dapat memuaskan wanita menimbulkan banyak pertanyaan dalam pikiran pria. Akankah pasangannya mencari kepuasan di tempat lain. Memikirkan pasangan wanitanya bersama orang lain akan membuat ketakutan menjadi lebih kompleks. Ini seperti lingkaran setan, karena semakin dalam berpikir tentang hal ini, ia akan didorong oleh kecemasannya, sehingga membuat pasangannya tidak puas berkali-kali. Performa di tempat tidur tergantung pada keadaan pikiran wanita pada waktu itu. Pria harus merasa nyaman dengan tubuh wanita agar dapat merasakan ikatan yang kuat. Lakukan dengan lambat dan mantap, pahamilah wanita dengan membangkitkan bagian-bagian sensitifnya, jangan mengkhawatirkan ukuran organ," kata Dr. Gitanjali Sharma.
Ejakulasi Dini
Ketika pria melakukan segala upaya untuk menyenangkan pasangan wanitanya, ia akan selalu dicemaskan oleh klimaksnya sendiri. Ketakutan ini didorong oleh periode ejakulasi. Ketakutan ini sangat umum dijumpai ketika pria mengalami ejakulasi dini karena berusaha menyenangkan pasangannya.
"Secara medis, jika seorang pria mampu menahan ejakulasi setidaknya selama satu menit, ia tidak dianggap penderita ejakulasi dini. Tapi sayangnya, sangat sedikit orang yang tahu fakta ini dan banyak yang disesatkan oleh iklan dan film porno. Hal ini menciptakan rasa tidak aman terhadap pasangan dan menumpuk menjadi beban seksual, yang akan berubah menjadi kecemasan performa. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan praktis, tapi rasa takut lah yang menyebabkannya," kata Dr Arora.
Tidak Bisa Hamil
Setiap kali hubungan seks memang tidak harus bertujuan untuk mendapat keturunan, tapi hal itu masih saja dapat memicu ketakutan pria bahwa ia mandul. Terus menerus khawatir mengapa pasangan tidak segera hamil menempatkan pria dalam sebuah persepsi negatif yang serius, yang dapat mempengaruhi performa seksualnya.
"Memiliki keturunan berkaitan dengan kesehatan pria dan wanita dan juga takdir. Ada banyak kasus di mana secara medis keduanya normal, tapi sang istri tidak dapat hamil. Cobalah menerapkan gaya hidup sehat, makanan yang baik dan sikap positif tentang diri sendiri. Masalah dengan sperma dapat diobati, sehingga tidak ada gunanya mengkhawatirkan tentang hal itu. Kebutuhan pertama adalah kehidupan seks yang baik, tidak harus memiliki anak," kata Dr. Arora.
Kurang Porno
Lumrah jika pria menonton film porno untuk mempelajari tindakan seksual tertentu dan kemudian mempraktikannya dengan pasangan. Dalam upayanya untuk mencoba sesuatu yang baru dan liar, pria berulang kali mempraktikkan apa yang dipelajari dari film porno dalam kehidupan seksnya. Dan jika pasangannya tidak menanggapi secara positif, sang pria mulai merasa bahwa dirinya kurang jantan.
"Pria sering membandingkan performa seksualnya dengan adegan porno atau dengan pasangannya. Kecemasan karena kurang berpengalaman akan membuat pria panik. Pria harus memahami bahwa bercinta tidak ada hubungannya dengan pengalaman apapun. Hubungan seks hanya memerlukan ikatan mental dengan pasangan yang dapat terwujud bahkan tanpa mengambil inspirasi dari film porno," kata Dr Gitanjali.
Masturbasi yang Pernah Dilakukan
Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa masturbasi yang dilakukan selama masa remaja tidak berdampak pada kehidupan seks di kemudian hari. Namun, masih ada banyak kekhawatiran yang melekat pada hal ini.
Pria seringkali menyalahkan kebiasaannya melakukan masturbasi atas performanya yang lemah. Mereka umumnya beralasan hal itu disebabkan mereka gagal berfokus pada tindakan seksual ketika itu.
"Masturbasi tidak banyak membahayakan, tapi rasa bersalah yang ditimbulkan dari masturbasi lebih berbahaya dan ini disebabkan oleh kurangnya pendidikan seks. Semua pria sehat melakukan masturbasi berkali-kali dalam hidupnya pada berbagai tahapan usia, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Dr Arora.
No comments:
Post a Comment