Siapa yang tak takut mendengar HIV AIDS?. Penyakit mematikan ini telah lama menjadi momok menakutkan bagi orang-orang dan membuat kita bergidik ngeri saat mendengarnya. Namun, jangan berharap kengerian itu akan berakhir, karena sesungguhnya kengerian tersebut baru saja dimulai.
Berita kali ini berawal dari Palembang. Sempat beredar pesan singkat di Ponsel (telepon seluler) milik warga berisikan ancaman penyebaran HIV melalui tusuk gigi. Bahkan, jaringan ini terus menyebarkan misi bahaya ini sesama komunitas penderita di grup khusus melalui Blackberry Massenger (BBM). Jika benar ada, ini akan menjadi ancaman yang serius pada masyarakat.
Di lingkungan dokter di RSMH Palembang, membenarkan adanya berita tersebut, maka mereka juga sedang melakukan penelitian dan mencoba masuk ke dalam grup BBM melalui jaringan Jakarta dan dokter yang bertugas di RSCM Jakarta
SMS itu antara lain berbunyi, “Mereka berniat menyebarkan penyakit ini dengan media tusuk gigi yang banyak terdapat di restoran dan rumah makan. Memakai tusuk gigi tersebut hanya untuk melukai gusinya supaya berdarah lalu diusap hingga tidak kelihatan darahnya, kemudian tusuk gigi yang sudah tercemar tersebut dikembalikan ke tempatnya,”
Informasi lain juga menyebutkan, indikasi ini bermula ada seorang PSK yang tidak terima dirinya dikucilkan dari masyarakat karena mengidap penyakit HIV. Kemudian, ia ingin juga orang lain merasakan betapa sakitnya dikucilkan masyarakat. Lantas, membeli tusuk gigi dari toko, yang kemudian direndam dengan darahnya sampai meresap, kemudian dicuci lalu dijemur sampai kering.
Setelah itu, ketika ia makan di restoran, lalu tusuk gigi yang ada di meja restoran itu, ia tukar dengan harapan orang lain bisa tertular HIV melalui tusuk gigi. Juga ada informasi lain penyebaran ini gara-gara ada seorang penderita. Namun bisakah hal tersebut menularkan virus mematikan ini? Mungkin saja.
Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Palembang H Zailani UD, SIP sebelumnya mengakui adanya peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS di Palembang. Bahkan di akhir Juni 2011 ini saja, ditemukan 27 orang terinfeksi. Sedangkan di 2010 lalu ada 50 orang, dengan total penderita di Palembang sebanyak 540 orang. “Jumlahnya diperkirakan lebih banyak, karena mereka tidak terpantau,” katanya.
Soal edukasi yang dilakukan KPA terhadap penderita, Zailani mengatakan, berdasarkan aturan internasional identitas penderita tidak boleh dipublikasikan. Namun mereka diimbau untuk tidak menyebarkan virus itu kepada orang lain, khususnya bagi penderita yang berprofesi sebagai PSK dan pengguna Narkoba melalui jarum suntik.
Dikatakan, sejauh ini penularan HIV/AIDS hanya bisa terjadi karena hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terinfeksi HIV. Penggunaan jarum suntik, tindik, tato yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dan sebelumnya telah dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV. Melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
Dan ibu hamil yang tercemar HIV pada anak yang dikandungnya. Sementara beberapa pendekatan yang dilakukan terhadap komunitas Orang Hidup Dengan AIDS (ODHA) yang ada di Palembang, umumnya penderita tidak banyak bicara dan memilih tutup mulut.
tribunnews
No comments:
Post a Comment